Dakwah dan Keislaman Health & Fitness Kabar Kesehatan & Rumah Sakit
Beranda » Berita » Masroin Kupas Filosofi Logo Khitanan Massal ke-45 dan Refleksi Khitan dan Doa untuk Negeri

Masroin Kupas Filosofi Logo Khitanan Massal ke-45 dan Refleksi Khitan dan Doa untuk Negeri

Masroin Assafani, M.A., Wakil Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Lamongan saat memberikan tausiyah pada acara khitanan massal ke-45 PCM Babat.

muhammadiyahbabat.com – Acara Khitanan Massal ke-45 Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Babat pada Kamis (4/9/2025) / 12 Rabiul Awal 1447 H di RSU Muhammadiyah Babat (RSUMB) tidak hanya menghadirkan khitanan massal gratis, tetapi juga penuh makna dengan tausiyah dari Ust. Masroin Assafani, MA., Wakil Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Lamongan.

Di awal tausiyah, Ust. Masroin menyapa akrab Ketua PCM Babat, H. Ahmad Arif Rahman Saidi (Mas Arif), yang disebutnya sebagai teman seperjuangan saat aktif di Pemuda Muhammadiyah. Suasana menjadi hangat karena sapaan tersebut mengingatkan kebersamaan mereka dalam gerakan dakwah Muhammadiyah sejak muda.

Filosofi Logo 4 dan 5

Menyinggung logo Khitanan Massal ke-45 yang menampilkan angka 4 dan 5 terputus-putus.

Menurutnya, logo itu menyimpan makna filosofis. “Khitan itu memutus. Begitu juga angka 4 dan 5 yang terputus, menjadi refleksi dari makna khitan.”

SD Muda Babat Gelar Malam Pelepasan Mahasiswa PGSD UMLA Bersamaan dengan Kegiatan MABIT

Ia melanjutkan, angka 4 dan 5 juga bisa dimaknai sebagai rumus ibadah. “Siang hari kita membaca syahadat dan shalawat empat kali, yakni pada Dzuhur dan Ashar. Malam hari lima kali, yakni pada Maghrib, Isya, dan Subuh,” jelasnya.

Dalam tausiyahnya Masroin mengaitkan angka 17, 8, dan 45 dengan sejarah kemerdekaan Indonesia. Ia menyebut usulan tanggal 17 Agustus 1945 memiliki makna spiritual yang dalam. “Tujuh belas adalah jumlah rakaat shalat, sedangkan angka 4 dan 5 adalah syahadat dan shalawat. Kemerdekaan Indonesia pun tak lepas dari peran para ulama, termasuk KH. Abdul Mu’ thi dan KH. Hasyim Asy’ ari.”

Teladan Para Nabi

Ia mengingatkan bahwa khitan adalah sunnah Nabi. Nabi Ibrahim AS dikhitan pada usia 80 tahun dengan alat sederhana, berbeda dengan zaman modern saat ini yang menggunakan teknologi canggih. Sementara Nabi Muhammad SAW, sejak lahir sudah dalam kondisi terkhitan sebagai bentuk penjagaan Allah SWT.

“Anak-anak yang dikhitan hari ini mengikuti sunnah para nabi. Semoga mereka tumbuh menjadi generasi saleh, kuat, dan membawa keberkahan,” ungkapnya.

PCM Babat Gelar Audiensi dengan Camat dan Dua Lurah Baru, Bahas Sinergi Pemerintahan dan Persyarikatan

Tausiyah ditutup dengan doa agar anak-anak yang mengikuti khitan massal tumbuh sehat dan menjadi generasi penerus bangsa. Ust. Masroin juga mengingatkan pentingnya mendoakan negeri. “Kalau negara aman, kita semua juga aman. Semoga Indonesia menjadi negeri yang tenteram, gemah ripah loh jinawi,” pungkas pria asal Laren.

Tak lupa, ia mengajak hadirin meneriakkan yel-yel penuh semangat:
“RSMB – RSUMB: Sehat, Megah, Hebat!”

Penulis: Lady Al Jaatsiyah
Editor: FA

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *