muhammadiyahbabat.com – Kalender Hijriah Global Tunggal (KHGT) yang dicanangkan oleh Muhammadiyah merupakan salah satu inisiatif besar dalam dunia Islam kontemporer. Di tengah tantangan perbedaan penetapan awal bulan Hijriah antarnegara maupun antarormas Islam, gagasan ini hadir sebagai solusi ilmiah, modern, dan integratif demi terciptanya kesatuan umat secara global. Muhammadiyah menampilkan dirinya sebagai pelopor, bukan hanya dalam hal pemikiran, tetapi juga dalam implementasi konkret penanggalan Islam yang berbasis ilmu pengetahuan dan visi persatuan umat.
Selama ini, perbedaan dalam menentukan awal bulan terutama Ramadhan, Idulfitri, dan Iduladha kerap kali menimbulkan kebingungan, perpecahan, bahkan polemik di tengah masyarakat. Umat Islam di satu kota bisa berbeda hari berpuasa atau berlebaran, hanya karena perbedaan metode penentuan hilal antara rukyat (pengamatan visual) dan hisab (perhitungan astronomis). Muhammadiyah, melalui pendekatan hisab hakiki wujudul hilal, menawarkan kepastian dan kemudahan dalam penetapan waktu, dengan dasar ilmu falak yang bisa diuji dan dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Kalender Hijriah Global Tunggal yang diusulkan Muhammadiyah tidak sekadar proyek teknis penanggalan, tetapi juga mengandung misi besar: menyatukan umat Islam dalam aspek waktu ibadah secara serempak. Jika kalender ini diterapkan secara luas, umat Islam di seluruh dunia akan bisa merayakan hari-hari besar keagamaan secara bersama-sama. Ini tentu akan memperkuat rasa persaudaraan dan solidaritas global antarumat Islam. Di era globalisasi seperti sekarang, kesatuan simbolik seperti ini sangat penting sebagai perekat identitas dan semangat kebersamaan.
Lebih dari itu, kalender global juga memberi manfaat praktis. Dunia modern menuntut kepastian dan perencanaan jangka panjang. Dalam konteks pendidikan, ekonomi, perjalanan ibadah haji dan umrah, hingga urusan diplomatik antarnegara, penetapan tanggal-tanggal penting secara pasti akan memudahkan banyak pihak. Kalender Hijriah yang sudah disusun jauh-jauh hari dan bisa diakses secara global akan meningkatkan efisiensi dan produktivitas umat.
Namun demikian, gagasan ini tentu tidak tanpa tantangan. Realitas umat Islam yang sangat beragam dalam pemahaman fiqih dan metode istinbat hukum menjadikan adopsi kalender tunggal sebagai pekerjaan besar. Banyak negara masih memegang teguh rukyat sebagai satu-satunya cara penetapan awal bulan, dengan dasar dalil tekstual dan tradisi. Maka, pendekatan Muhammadiyah harus dibarengi dengan strategi diplomasi keagamaan, dialog lintas otoritas Islam, dan keterlibatan lembaga internasional seperti Organisasi Kerja Sama Islam (OKI), Majelis Ulama Dunia, atau lembaga fatwa dari berbagai negara.
Muhammadiyah juga perlu membangun pemahaman publik yang kuat terkait dasar-dasar ilmiah dan syar’i dari kalender ini. Keterbukaan terhadap masukan, sikap inklusif terhadap perbedaan pendapat, serta konsistensi dalam penerapan menjadi kunci keberhasilan. Tidak kalah penting adalah peran media dan teknologi dalam menyosialisasikan kalender ini kepada generasi muda dan umat Islam secara global.
Kalender Hijriah Global Tunggal Muhammadiyah adalah wujud nyata dari semangat tajdid (pembaruan) yang menjadi ciri khas gerakan ini sejak awal. Ini adalah ijtihad kolektif yang membuktikan bahwa agama dan ilmu pengetahuan tidak hanya bisa berjalan beriringan, tetapi justru saling menguatkan. Muhammadiyah menunjukkan bahwa pembaruan dalam Islam bukan berarti meninggalkan tradisi, melainkan menghidupkan nilai-nilai Islam dalam konteks zaman yang terus berubah.
Dengan pendekatan yang ilmiah, inklusif, dan kolaboratif, Kalender Hijriah Global Tunggal (KHGT) dapat menjadi warisan monumental Muhammadiyah untuk dunia Islam. Sebuah langkah kecil hari ini, namun bisa berdampak besar bagi kesatuan dan kemajuan umat Islam di masa depan.
*Penulis: M. Alim Akbar Editor: FA
Komentar